Monday, July 18, 2005

Dua Alasan Belajar di Maroko

Apakah keunggulan komparatif belajar di Maroko?. Setidaknya, saya menemukan dua hal: Pertama, peluang besar untuk bisa berbahasa Perancis. Kedua, kesempatan untuk berkenalan lebih intensif dengan kajian-kajian di bidang Ilmu Maqashid dan Pemikiran Islam Kontemporer. Saya menemukan dua hal ini, trade mark yang menjadikan belajar di Maroko lebih unggul ketimbang belajar di negeri-negeri Islam yang lain. Tentu saja, ini dalam konteks belajar ilmu-ilmu keislaman.

Bahasa Perancis sudah menjadi bahasa rakyat di sebagian besar wilayah Maroko. Bahkan di kota-kota tertentu, Bahasa Perancis lebih dominan ketimbang Bahasa Arab. Televisi, radio, koran, majalah, menyediakan banyak menu berbahasa Perancis. Pusat-pusat kebudayaan Perancis, tersebar di setiap kota-kota besar Maroko. Buku-buku dari yang santai sampai yang serius, banyak ditulis dalam bahasa Perancis. Seminar dan ceramah-ceramah ilmiah, banyak dipresentasikan dalam bahasa Perancis. Artinya, bagi mahasiswa Indonesia yang belajar di Maroko, bisa atau tidak berbahasa Perancis, adalah soal kemauan saja.

Kenapa bahasa Perancis penting?. Banyak alasan. Alasan keilmuannya adalah kita bisa berselancar di dua jalur keilmuan yang belakangan terasa menjadi semakin penting: filsafat dan sastra. Di jalur filsafat, kita bisa menemukan Michel Foucoult, Ferdinand de Saussure, Jean Boudrillard, Derrida dll. Sementara di dunia sastra, setidaknya kita bisa mengenal lebih dekat Victor Hugo dan karya-karyanya. Alasan lebih riil, penguasaan Bahasa Perancis memudahkan kita mencari pekerjaan. Hukum ekonominya mengatakan: ketika persediaan terbatas dan permintaan bertambah, kebutuhan akan tinggi dan harga akan meningkat. Setidaknya, pencari kerja (khususnya di dunia kerja yang berdimensi internasional) di Indonesia yang berbahasa Perancis lebih sedikit ketimbang yang berbahasa Inggris.

Menyangkut keunggulan kedua, Ilmu Maqashid, di Maroko mendapat elaborasi yang serius dan intensif. Ilmu yang meskipun memiliki sejarah panjang sejak zaman Nabi ini, mendapat penjelasan teoiritis-nya pada abad ke-8 hijriyah dalam karya besar Imam as-Syathibi asli Granada: al-Muwafaqat. Kelahiran al-Muwafaqat ibarat kelahiran kedua bagi Ilmu Ushul Fiqh setelah beberapa abad tidak mengalami penyegaran. Ilmu ini memberikan posisi yang proporsional terhadap hikmah yang terkandung dalam sebuah hukum fiqh sebagai pertimbangan fuqaha dalam berijtihad. Komitmen Maroko dalam mengkaji dan mengembangkan ilmu ini, bukan hanya dalam wujud karya-karya yang terus lahir, tetapi juga dalam perkaderan yang berkesinambungan di dunia perguruan tinggi dengan munculnya program-program studi tentang Ilmu Maqashid as-Syari’ah.

Sedangkan di dunia Pemikiran Islam Kontemporer, kontribusi pemikir-pemikir Maroko mendapat tempat tersediri dalam wacana mutakhir Pemikiran Islam. Rubaiyat Kritik Nalar Arab-nya al-Jabiri; serial logika, etika, dan Filsafat Islam-nya Taha Abdurrahman; kajian Tasawuf, Ushul Fiqh dan Politik Islam-nya Abdul Majid Shugair; elaborasi Filsafat Ilmu dan Epistemologi-nya Salim Yafut dan seterunya, adalah beberapa contoh kontribusi fresh dan kontemporer para intelektual Maroko.

Kenapa mempelajari semua ini penting?. Setidaknya, kita bisa menyikapi dengan kuat dan cerdas kecenderungan ‘dekonstruksi kekanak-kanakan’ yang terus dilancarkan oleh kelompok semacam Islam Liberal di Indonesia. Lebih dari itu, kita bisa memberi alternatif bagi kebuntuan-kebuntuan kajian Islam di Indonesia dalam menghadapi realitas yang terus berkembang dengan cepat. Tentu ini, kalau kita belajar di Maroko untuk mewujudkan sesuatu yang besar, bukan sekedar mengejar ijazah atau sertifikat.

No comments: