Sejarah mengenal lompatan-lompatan. Titik perjalanan yang tidak mungkin kembali titik sebelumnya. Jarak waktu satu titik dengan titik baru bisa pendek, namun bisa juga panjang.
Tahun 1945, Bangsa Indonesia berhasil membuat lompatan sejarah: kemerdekaan Republik Indonesia. Tiga setengah abad lamanya perjalanan panjang yang menguras darah dan air mata ditempuh untuk mencapai titik lompatan ini. Inilah pintu gerbang emas yang memungkinkan bangsa kita menyulam mimpi masa depan yang lebih baik.
Tahun 1998, kembali bangsa kita membuat lompatan sejarah baru. Titik pijakan baru itu bernama demokrasi yang berhasil didesakkan oleh gerakan reformasi. Lebih dari setengah abad bangsa kita ditempa perjalanan sejarah untuk sampai pada kesadaran bahwa pijakan yang benar dari kebhinekaan bangsa kita adalah demokrasi yang jujur. Bukan demokrasi buatan yang dipaksakan oleh sekelompok elit. Inilah capaian yang betul-betul melegakan dan membuka jalan lempang bagi perwujudan bangsa yang betul-betul dimiliki oleh semua.
Tapi demokrasi saja ternyata tidak cukup, sebagaimana proklamasi kemerdekaan saja tidak cukup. Rakyat butuh kesejahteraan. Sejahtera spiritnya, sejahtera jiwanya, sejahtera badannya. Inilah titik masa depan yang harus dipijaki untuk sebuah lompatan sejarah baru bangsa kita.
Berapa lama? Lamanya tergantung kemampuan kita sebagai bangsa untuk menghapus korupsi, menyediakan pendidikan gratis sampai tingkat setinggi-tingginya, memberikan pelayanan kesehatan gratis untuk semua rakyat, menegakkan keadilan tanpa pandang bulu, menjadikan kepentingan rakyat sebagai dasar pertama kontrak-kontrak dengan pemilik modal asing, memeratakan sumber daya ekonomi ke seluruh penjuru negeri dan merawat sumber daya alam dengan bijaksana.
Barulah setelah itu, kita bisa berbicara tentang sumbangan peradaban bangsa Indonesia untuk masyarakat dunia. Setelah kita berhasil melompat dan memijakkan kita di titik kesejahteraan, barulah secara serius kita bisa menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa besar dengan capaian besar di semua bidang kehidupan.
Perjalanan masih panjang. Kalau kita tidak mau jalan di tempat, ayolah kita bergegas menyambut masa depan, melompat ke titik yang lebih maju. Kalau para pemimpin memiliki kesadaran bersama bahwa tidak seorangpun dari mereka yang bisa hidup selamanya, maka berilah peran sejarah yang maksimal agar tuan-tuan semua dikenang baik oleh generasi yang akan membawa bangsa ini ke masa depan yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment