Bisakah hidup terus menerus bercahaya? Dulu aku mengandaikannya bisa. Tapi ternyata tidak!
Itulah sebabnya siang berganti malam. Musim berganti dua atau empat kali setahun. Real Madrid mengecewakan dua musim sebelum ini. Barcelona mulai kelihatan jenuh musim ini. Peradaban Islam berjaya di abad pertengahan dan kemudian redup. Amerika pun kini mulai bergerak turun dari puncak.
Hidup memang tidak terus menerus berisi kisah jaya, bergairah, bersemangat, sukses, menang. Hidup juga bakal bertemu kejenuhan, rapuh, stagnan, gelap bahkan lepas kendali.
Lantas kenapa mesti diratapi kalau magrib datang dan sebentar lagi malam menjelang? Kenapa mesti gelisah kalau kejenuhan atau bahkan kegagalan menyapa? Kenapa mesti merasa seolah-olah tidak berguna ketika harapan-harapan tak kesampaian?
Bukankah setiap pergantian hidup mengandung tanda? (atau ayat persisnya). Bukankah malam datang untuk membalut manusia agar beristirahat memberikan hak badan untuk tidak terus berputar?. Agar hidup tertata rapi dan tidak kacau. Tidak baik memaksakan terlalu banyak angan-angan. Angan-angan yang kebanyakan 2/3-nya membuat seseorang menjadi pengecut.
Barangkali ada baiknya, seperti Nietzche, berkata 'iya' untuk segala perubahan apapun yang datang menghampiri.
No comments:
Post a Comment