Kebahagiaan selalu membuncah setiap Ramadlan tiba. Manusia muslim diajak kembali ke fitrahnya. Fitrah yang menyukai kebenaran, kebaikan dan keindahan; membenci kemenyimpangan, kejahatan dan keburukan. Dunia manusia diajak kembali ke keseimbangan natural-nya. Keseimbangan yang memungkinan bumi ini berputar semakin lama. Keseimbangan yang menjadikan jagat raya berjalan dalam harmonisasi yang luar biasa.
Ramadlan mengajak manusia untuk menegakkan keadilan; menghidupkan semangat menegakkan keadilan dari bisikan terhalus dalam dirinya. Ramadlan membuat hidup ini menjadi mungkin. Ramadlan menyemaikan optimisme akan masa depan yang lebih baik.
Ramadlan menjadi semacam hujan deras yang meluapkan air sungai di hati kita untuk menggerus kotoran-kotoran yang lama mengendap; atau semacam api ribuan derajat yang menempa besi hati kita menjadi senjata tajam yang mengkilat dan sakti. Ramadlan adalan sekolah jiwa dan raga bagi orang yang mau memasukinya dengan hati dan pikiran yang terbuka untuk belajar, merenung dan beramal.
Ramadlan kemudian menjadi tali temali yang mengikat hati kita dengan hati saudara-saudara kita. Ramadlan seperti tali yang menyatukan lidi hati dan badan yang berserakan untuk bersama-sama bangkit dalam lingkaran kerjasama berbuat makruf. Kerjasama buah sekolah Ramadlan hanyalah kerjasama berbuat baik bukan berbuat tidak baik; kerjasama yang tulus, bukan mengerjai orang yang lebih lemah, lebih miskin dan lebih terbatas akses pengetahuannya.
Seharusnya sebagai murid sekolah Ramadlan yang berhasil, pejabat-pejabat di negeri kita mau menurunkan taraf hidupnya demi menyesuaikan dengan kondisi rakyat yang sangat memprihatinkan; rakyat yang menghadapi kondisi sulit mesti bersabar dan berusaha untuk keluar dari jeratan kesulitan itu; tokoh agama dan ilmu mesti berani berkata benar betapapun susah dan pahitnya. Ramadlan mestinya menjadikan kita menghentikan sumpah serapah, berpikir jernih dan tetap optimis akan masa depan yang lebih baik.
Ramadlan mestinya meninggalkan komitmen kuat kepada kita untuk tidak hanya baik, dermawan, suka belajar, rendah hati, bersih diri-bersih sosial, mengutamakan kepentingan orang lain, bersemangat menegakkan kebenaran dan keadilan pada bulan Ramadlan saja, tetapi menjadi jati diri yang muncul dan memberi buah positif kapan dan dimana saja.
Terima kasih wahai Ramadlan. Engkau banyak mengajarkan nilai-nilai kepada kami. Semoga kami bisa memahami dan mewujudkannya dalam kehidupan riil sehari-hari.
No comments:
Post a Comment