"Jahat sekali!". Itulah geram batinku ketika aku tahu Benazir Bhuto dibunuh. Cara bersaing paling primitif masih juga dipertontonkan di panggung dunia hingga hari ini.
Entah dunia ini perlu berapa ribu tahun lagi untuk menjadi betul-betul beradab, menghargai nyawa manusia agar tidak dilenyapkan oleh manusia yang lain, agar manusia berhenti memangsa manusia.
Darah tumpah karena ambisi dan perebutan kuasa memang belum juga sirna hingga abad ke-21 ini. Cobalah kita tengok, berapa nyawa melayang, --tidak usah terlalu jauh-- sejak perang dunia I, II, perang teluk I sampai III dan perang-perang terbatas antar negara seperti Somalia vs Etiopia, Turki vs Kurdi, dll.
Benazir Bhuto menambah panjang daftar pemimpin yang menjadi martir bagi perjuangannya. Ayahnya dihukum mati rezim berkuasa ketika itu. Di Iraq, Saddam Hussein mati di tiang gantungan. Rafeeq al-Hariri, mantan Perdana Menteri Lebanon, mati dibom.
Sampai kapan gerangan dunia politik kekuasaan digenangi darah mereka yang menjadi korban persaingan kepentingan politik? Jahat sekali politik kalau harus dibayar dengan darah apa yang semestinya bisa dikontestasikan secara damai dan demokratis.
Kelihatannya perlu ada resolusi untuk dunia yang bebas dari pembunuhan politik. Ayo para pemimpin dunia lakukan sesuatu untuk menghentikan pembunuhan politik yang jahat dan biadab dimanapun di dunia ini!
No comments:
Post a Comment