Monday, September 25, 2006

Membangun dengan Keteladanan

Sejarah membuktikan bahwa pendidikan yang paling berhasil adalah pendidikan dengan keteladanan.

Saya senang dengan contoh hidup bersahaja yang diberikan beberapa tokoh negeri ini.

Wakil Presiden RI, Bapak Yusuf Kalla, melakukan kunjungan kenegaraan dengan pesawat komersial. Sebelumnya, Ketua MPR, Bapak Hidayat Nur Wahid, menghembuskan spirit hidup bersahaja dengan menolak mobil dinas mewah dan fasilitas berlebihan dalam kunjungannya ke daerah-daerah. Saya juga salut dengan kebersahajaan Dubes RI untuk Kerajaan Maroko, Bapak Sjahwien Adenan.

Keteladanan semacam ini sangat penting menjadi basis kemandirian bangsa dan upaya mensejahterakan rakyat. Sumber keagamaan, peradaban dan filsafat sering menyebut pemimpin sejati sebagai refleksi dari kondisi riil masyarakatnya. Untuk menyebut contoh, Nabi Muhammad, hidup tidak lebih dari cara hidup umatnya yang paling tidak mampu. Tokoh Mahatma Ghandi, India, atau Imam Khomeini, Iran, memilih kesederhanaan sebagai prinsip hidup yang disetiainya. Para pemimpin dan tokoh sepanjang masa membangun kebesarannya tidak dari kemewahan material.

Kata sebuah kearifan, 'mimpi orang biasa adalah untuk dirinya sendiri, tetapi mimpi orang besar adalah untuk orang lain'.

Kalau saja prinsip kebersahajaan ini dimiliki oleh seluruh pemimpin Bangsa Indonesia di semua level, saya kira kesejahteraan untuk semua tidak bakal menunggu terlalu lama untuk menjadi kenyataan.

Semoga saja spirit yang dihembuskan oleh Pak Yusuf Kalla atau Pak Hidayat Nur Wahid bisa menjadi contoh yang baik bagi para elit yang lain.

Sunday, September 24, 2006

RAMADLAN KARIM

SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA RAMADLAN

Sunday, September 17, 2006

Syarat Kepemimpinan

Kata Qur’an, ada tiga senjata yang Tuhan berikan ke Nabi Dawud untuk menjadi pemimpin: kekuasaan, kearifan dan pengetahuan. Ternyata memang, betapa butuh pemimpin di level manapun terhadap tiga senjata ini.

Pemimpin harus punya kekuasaan, sebab tanpa kekuasaan, suaranya tidak akan didengar. Kekuasaan harus lahir dari legitimasi, sebab tanpa legitimasi, kekuasaan tercerabut dari sukma rakyat.

Kekuasaan harus dibarengi kearifan. Sebab jika tidak, ia akan berubah menjadi sumber petaka. Sumber keserakahan, angkara murka, kezaliman. Kekuasaan tanpa kearifan adalah pedang maha tajam di genggaman raja penyamun.

Lantas, ilmu pengetahuan bertugas menterjemahkan semangat kekuasaan yang dibalut kearifan menjadi kerjanyata mensejahterakan semua.