Entah mengapa ide tentang ruang kosong terus menggenangi otakku beberapa minggu terakhir.
Pesannya adalah: "hati-hati dengan ruang kosong!"
Ketika perang dingin berakhir, Uni Soviet yang runtuh meninggalkan ruang kosong. Russia yang mencoba bangkit dari reruntuhan atau Eropa, pemain tua yang mencoba mengkonsolidasi ulang kekuatannya dengan Uni Eropa, tidak mampu mengisi ruang kosong itu. Amerikalah kemudian yang mengisinya dan menjadi pemain tunggal yang sombong dan menghancurkan.
Ketika rezim Saddam Hussein tumbang dan pemerintahan baru Irak tidak kunjung stabil dan kuat, Iran masuk mengisi ruang kosong. Iran memasuki Irak tidak hanya ingin tebar pengaruh di sana, tetapi menjadi pemain yang semakin berbobot di kawasan timur-tengah. Rezim George W. Bush kelimpungan menghadapi kondisi kemananan Irak yang terus bergolak menumpahkan darah.
Kata Amer Taheri, penulis kolom langganan di Harian Assyarqul Awsath, politik membenci ruang kosong. Pilihannya, kalau anda tidak ingin mengisinya, orang lain mau tidak mau pasti mengisinya.
Saya kira, rumus ini berlaku tidak hanya untuk dunia politik. Dunia fisika, kebudayaan bahkan agama sekalipun mengenal rumus serupa. Bukankah, air yang mengalir dari atas ke bawah, pasti menggenangi setiap ruang kosong yang belum terisi?
Kotak televisi kita penuh sesak oleh tayangan mistis, infotainment, berita kriminal dan obrolan esek-esek yang tidak mendidik dan tidak menaikkan derajat kemanusiaan, saya kira, karena ia gagal diisi oleh tayangan alternatif yang mendidik, mencerahkan, menghibur dan secara bisnis menguntungkan.
Dai-dai karbitan (istilah Mufti Mesir, Syekh Ali Jum'ah, "annujum azza'ifah": bintang palsu) dengan kualitas ilmu dan akhlak yang meragukan banyak muncul di ruang publik kita karena ada ruang kosong yang menampung mereka. Kiai-kiai mumpuni tidak tampil menyapa publik dengan bahasa yang dipahami oleh nalar awam. Mereka membiarkan ruang kosong itu diisi bintang-bintang artifisial itu.
Saya melihat banyak ruang dibiarkan kosong dan disiisi oleh sesuatu yang lebih sering destruktif ketimbang konstruktif.
No comments:
Post a Comment