Thursday, July 14, 2005

Manusia Soliter

Kata al-Qur'an: "Katakanlah, 'sesungguhnya aku menasehatimu dengan satu hal saja: menghadaplah kepada Allah berdua atau sendirian (saja) kemudian bertafakkurlah...'".

***

Hari-hari belakangan ini, sosok Soe Hok Gie, kembali disegarkan pada memori publik orang Indonesia. Mira Lesmana dan Riri Reza mengusungnya dalam film terbaru mereka, Gie, yang menelan dana Rp. 7 milyar. Buku Gie: Catatan Harian Seorang Demonstran, adalah satu dari dua buku paling berpengaruh dalam hidup saya. Yang satu lagi adalah: Pergolakan Pemikiran Islam, karya Ahmad Wahib.

Saya kira, dua buku ini masih layak menjadi bacaan wajib anak muda Indonesia. Ada ruh idealisme berkobar-kobar yang ditawarkan oleh keduanya. Keduanya (Gie dan Wahib) adalah sosok anak muda yang melawan arus zaman-nya. Mereka susah diterima lingkungan (sebagaimana sering dikeluhkan Gie) karena dengan penuh keberanian hendak membongkar kemapanan (sosial, politik, agama) yang diadopsi oleh komunitasnya. Mereka mengusung perubahan yang tidak siap diterima oleh kondisi riil masyarakatnya. Dalam istilah Wahib, mereka adalah manusia soliter.

Manusia soliter, sejauh yang saya tangkap, dalam gambaran Wahib adalah manusia yang selalu bergolak, gelisah mencari pemecahan dari masalah-masalah mendasar yang dihadapi komunitasnya (dari lingkaran kecil perkawanan individual sampai lingkaran besar perkawanan kemanusiaan).

Tidak banyak manusia seperti ini. Manusia yang mau minggir dari keramaian untuk menulis peta jalan perubahan buat bangsanya: perubahan yang radikal, perubahan yang revolusioner. Tetapi justru merekalah yang sering dicatat sejarah sebagai kunci perubahan. Lenin misalnya, mesti minggir dulu sebelum memimpin revolusi Rusia. Khomeini, lama di pengasingan, sebelum memimpin revolusi Iran.

Sayang sekali, Gie dan Wahib mati muda. Keduanya belum selesai menggambar bangunan pikirannya. Hanya sketsa awal dalam bentuk buku harian yang sempat mereka tinggalkan. Tapi semangat yang ditinggalkannya, tak lekang dimakan zaman. Pesannya jelas: kita mesti menyediakan ruang hening untuk berfikir jernih dan mendalam tentang diri dan lingkungan sekitar kita. Hanya di atas dasar pikiran yang jelas lah, kita bisa menggerakkan perubahan.

No comments: